Minggu, 25 Maret 2018

MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW


1.     PENGERTIAN DAN TEORI YANG MENDUKUNG

Berdasarkan etimologinya kata “jigsaw” merupakan kata yang berasal dari bahasa inggris dengan terjemahan dalam bahasa indonesianya “gergaji ukir”. Pola pembelajaran model jigsaw menyerupai pola cara penggunaan sebuah gergaji, yaitu siswa melakukan aktivitas belajar dengan melakukan kerja sama dengan siswa lain dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bersama.

Menurut sudarajat (2008:1), pembelajaran model jigsaw sebagai sebuah tipe pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, dimana dalam kelompok tersebut terdiri dari beberapa siswa yang bertanggung jawab untuk menguasai bagian dari materi ajar dan selanjutnya harus mengajarkan materi yang telah dikuasai tersebut kepada teman satu kelompoknya

Model pembelajaran ini akan menjadi sebuah solusi yang efektif apabila diterapkan dalam pengajaran terhadap materi ajar yang dapat dibagi menjadi  beberapa bagian dan materi ajar tersebut tidak harus urut dalam penyampaiannya.

2.     LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut langkah-langkah model pembelajaran jigsaw yang disampaikan oleh Stepen, Sikes dan Snapp :
1)    Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok dengan angggota maksial 5 siswa tiap kelompok
2)    Masing-masing siswa dalam setiao kelompok diberi bagian materi yang berlainan
3)    Masing-masing siswa dalam kelompok diberi bagian materi yang ditugaskan
4)    Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bagian yang sama berkumpul dalam kelompok baru yang disini disebut sebagai kelompok ahli untuk mendiskusikan sub bab mereka
5)    Setelah anggota dari kelompok ahli selesai mendiskusikan sub bab bagian mereka, maka selanjutnya masing-masing anggota dari kelompok ahli kembali kedalam kelompok asli dan secara bergantian mengajar teman dalam 1 kelompok mengenai sub bab yang telah dikuasai dengan anggota lainnya mendengarkan penjelasan dengan seksama
6)    Masing-masing kelompok ahli melakukan presentasi hasil diskusi yang telah dilakukan
7)    Guru melaksanakan kegiatan evaluasi
8)    Penutup

3.     KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:

1.     mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
2.     Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
3.     Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.

Beberapa hal yang bisa menjadi kelemahan aplikasi model ini di lapangan, menurut Roy Killen, 1996, adalah :

1.     Prinsip utama pembelajaran ini adalah ‘peer teaching’, pembelajran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan diskusikan bersama siswa lain.
2.     Apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan materi pada teman.
3.     Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh guru dan biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
4.     Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
5.     Aplikasi metode ini pada kelas yang lebih besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit.

4.     HASIL PENELITIAN

(a)   Judul Penelitian: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

Abstrak :
           Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas VIII.F SMP Negeri 33 Kota Makassar. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas model siklus. Fokus penelitian adalah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan hasil belajar matematika. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII.F sebanyak 33 orang. Pengumpulan data menggunakan observasi, tes, dan dokumentasi, dan data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian adalah hasil belajar matematika meningkat melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas VIII.F SMP Negeri 33 Kota Makassar, standar kompetensi menentukan unsur-unsur, bagian lingkaran serta ukurannya. Siklus pertama, rata-rata hasil belaja matematika pada kategori cukup (67,27), tetapi belum mencapai ketuntasan belajar yang ditetapkan. Siklus kedua, rata-rata hasil belajar matematika meningkat menjadi kategori baik (80,45) dan telah mencapai kriteria ketuntasan belajar. Peningkatan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsa didukung oleh peningkatan aktivitas belajar siswa, berupa: keaktifa menyimak penjelasn guru secara runtun, bekerjasasama dalam kelompok asal dan kelompok ahli, mempersentasikan hasil kerja kelompok, dan menyimpulkan materi tentang lingkaran.

Sumber : Hakim, Suardi. 2014. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Jurnal Nalar Pendidikan Volume 2, Nomor 2.

(b)  Judul Penelitian: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL PADA POKOK BAHASAN FAKTORISASI SUKUALJABAR KELAS VIII SEMESTER GANJILSMP NEGERI 11 JEMBER TAHUN AJARAN 2013/2014

Abstrak :
           Ada banyak siswa yang kesulitan memecahkan masalah matematika. Kesulitan mengakibatkan siswa membuat kesalahan dalam memecahkan masalah. Kesulitan mengakibatkan siswa membuat kesalahan dalam memecahkan masalah. Jenis kesalahan siswa terdiri dari penggunaan kesalahan data, kesalahan teorema atau definisi, kesalahan teknis, kesalahan penafsiran bahasa dan kesalahan lainnya. Oleh karena itu, diterapkan model pembelajaran kooperatif jenis jigsaw untuk mengatasi kesalahan siswa dalam memecahkan masalah soal aljabar pada kelas delapan SMP Negeri 11 Jember tahun ajaran 2013/2014. Desain penelitian ini adalah Classroom Action Research (CAR). Berdasarkan penelitian ini, penerapan model pembelajaran kooperatif jenis jigsaw dapat meningkatkan aktivitas siswa dan mengurangi kesalahan siswa dalam memecahkan faktor aljabar. Persentase efektivitas pada siklus I sebesar 43,23% dan 33,05% untuk siklus II. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif jenis jigsaw cukup efektif untuk mengatasi kesalahan siswa dalam memecahkan faktor aljabar

Sumber: Ati’ah, Siti. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Mengatasi Kesalahan Siswa Menyelesaikan Soal Pada Pokok Bahasan Faktorisasi Sukualjabar Kelas Viii Semester Ganjilsmp Negeri 11 Jember Tahun Ajaran 2013/2014. Kadikma, Vol. 5, No. 3


DAFTAR PUSTAKA
http://www.infoduniapendidikan.com/2015/06/pengertian-dan-langkah-langkah-model-pembelajaran-jigsaw.html


Hakim, Suardi. 2014. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Jurnal Nalar Pendidikan Volume 2, Nomor 2.

Ati’ah, Siti. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Mengatasi Kesalahan Siswa Menyelesaikan Soal Pada Pokok Bahasan Faktorisasi Sukualjabar Kelas Viii Semester Ganjilsmp Negeri 11 Jember Tahun Ajaran 2013/2014. Kadikma, Vol. 5, No. 3

MODEL PEMBELAJARAN STAD


1.     PENGERTIAN DAN TEORI YANG MENDUKUNG

Model pembelajaran STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. STAD diartika sebagai Student teams achievement division, merupakan pembelajaran koooperatif yang paling sederhana.

Menurut Arends (1997:111), pembelajaran STAD adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.

Menurut wina (2008:242) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil,yaitu antara 4-5 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,jenis kelamin,ras atau suku yang berbeda (heterogen)

2.     LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Langkah-langkah model pembelajaran STAD dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Langkah
Indikator
Tingkah laku guru
Langkah 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menympaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa
Langkah 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa
Langkah 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru mengiformasikan pengelompokan siswa
Langkah 4
Membimbing kelompok belajar
Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok kelompok belajar
Langkah 5
evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan
Langkah 6
Memberikan penghargaan
Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok

3.     KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Kelebihan model pembelajaran kooperatif STAD menurut Davidson (dalam Nurasma, 2006:26) yaitu :
(a)   Meningkatkan kecakapan individu
(b)  Meningkatkan kecakapan kelompok
(c)   Meningkatkan komitmen
(d)  Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya
(e)   Tidak bersifat kompetitif
(f)   Tidak memiliki rasa dendam
kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD menuurut Slavin (dalam Nurasma 2006:2007) yaitu:
(a)   Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang
(b)  Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan.

4.     HASIL PENELITIAN

(a)   Judul penelitian: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN NUMERIK SISWA KELAS IV SD
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan numerik. Populasi dala penelitian ini adalah siswa kelas IV SD se-desa Darmasaba Kecamata Abiansemal, Kabupaten Badung tahun ajaran 2012/2013, denga sampel sebanyak 68 siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian in menggunakan teknik random sampling. Data kemampuan numerik dan hasil belajar matematika, di kumpulkan melalui tes dan di analisi dengan menggunakan analisis ANAVA dua jalur dan dilanjutka dengan uji Tukey. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: mode pembelajaran kooperatif tipe STAD berdampak lebih baik secara signifikan terhadap hasil belajar matematika dibandingkan denga konvensional. Terjadi interaksi antara model pembelajaran denga kemampuan numerik dimana ditemukan model pembelajara kooperatif tipe STAD lebih sesuai untuk siswa dengan kemampuan numeri tinggi namun sebaliknya terjadi terhadap model pembelajaran konvensional.

Sumber: Sunilawati, Ni Made, Nyoman Dantes, and I. Made Candiasa. "Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan Numerik Siswa Kelas IV SD." PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 3.1 (2013).

(b)  Judul penelitian: MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG SOAL CERITA PECAHAN PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar soal cerit pecahan di sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan metod Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus masing-masing siklus terdiri dari satu pertemuan mencakup taha perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasilnya menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapa meningkatkan hasil belajar matematika soal cerita pecahan di sekola dasar.

Sumber: MARSIH, MARSIH. "Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Soal Cerita Pecahan Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar." Kalam Cendekia Pgsd Kebumen 1.4 (2013).


DAFTAR PUSTAKA
Sunilawati, Ni Made, Nyoman Dantes, and I. Made Candiasa. "Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan Numerik Siswa Kelas IV SD." PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 3.1 (2013).

MARSIH, MARSIH. "Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Soal Cerita Pecahan Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar." Kalam Cendekia Pgsd Kebumen 1.4 (2013).